Senin, 22 Agustus 2022

Seberapa Serius Indonesia Melindungi Satwa Liar?

 


Seorang ibu yang menemukan Kukang di hutan

Augustus 2022 saya sedang dalam sebuah program di wilayah Kalimantan Barat dan kaget ketika seorang ibu membawa seekor kukang kecil di tanggannya. Katanya dia menemukan satwa tersebut di dalam hutan pas kecil, sudah mencoba lepaskan kukang ke hutan tetapi kukang tersebut kembali kerumahnya. 

Kukang atau loris merupakan hewan primata dengan ekor pendek, walaupun terlihat lucu, hewan yang gigitannya berbisa ini bukan hewan peliharaan tetapi hewan liar yang dilindungi dalam kategori terancam punah.

Sebelumnya saya mencoba hubungi BKSDA namun belum ada tanggapan sama sekali dan salah satu lembaga swadaya masyarakat mengatakan BKSDA kekurangan dana dan staff untuk melakukan sosialisasi atau melakukan program rehabilitasi. 

Perburuan dan jual beli kukang kerap terjadi dari tahun ke tahun, pada Mei 2019 Pemburu 79 Kukang divonis rendah. Pelaku perburuan dan perdagangan kukang di Majalengka hanya divonis 10 bulan dan denda Rp. 10 juta dengan subsider tiga bulan oleh Majelis hakim Pengadilan Negeri Majalengka. Jadi sebenarnya seberapa serius pemerintah Indonesia melindungi satwa liar?


Perlindungan Yang Ketinggalan Zaman 

Perlindungan terhadap satwa yang dilindungi telah diatur dalam UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA pasal 21 menyatakan bahwa setiap orang dilarang untuk : menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup maupun dalam keadaan mati; memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia; mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur dan atau sarang satwa yang dilindungi.

Sunarto ekolog dan ahli satwa liar dari WWF Indonesia berpendapat bahwa denda yang dijatuhkan lewat undang-undang ini bisa dibilang 'minim' dalam ukuran nilai uang sekarang, yaitu Rp50 juta-Rp200 juta, sementara penghasilan yang didapat dari penjualan gading gajah atau satwa liar lainnya bisa jauh lebih besar. Selain itu, Sunarto juga menyoroti tidak adanya kewajiban hukuman minimal yang bisa diterapkan, sehingga vonis yang dijatuhkan bisa kurang dari lima tahun, seperti yang tercantum dalam undang-undang. https://www.bbc.com/indonesia/majalah-38225344 


Kita Rugi Kalau Begini Terus 

Berdasarkan data penelusuran Pusat Penelusuran dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) kerugian negara akibat perdagangan satwa liar mencapai tiga belas triliun rupiah setiap tahunnya. Dalam catatan Financial Action Task Force (FATF), keuntungan akibat perdagangan ilegal satwa liar secara global mencapai miliaran dolar tiap tahunnya. Di Indonesia, kondisi tersebut diperparah dengan perdagangan ilegal satwa liar sebagai modus pencucian uang. Awal tahun 2022, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Utara menyita hewan dilindungi dari rumah pribadi terduga koruptor Terbit Rencana Perangin-angin di Kabupaten Langkat. Penyidik menemukan beberapa jenis satwa liar yang dilindungi UU seperti orangutan sumatera, monyet hitam sulawesi, elang brontok, jalak bali, dan beo (Gracula religiosa). https://kumparan.com/sadam-richwanudin/kerugian-negara-dalam-kejahatan-satwa-liar-dilindungi-1yJLfBBruB7/3 


Kerugian tidak saja terukur dari segi materi, Pada 2019, tercatat 71 ekor kakatua masih diperjualbelikan. Akibat jual beli ini populasinya turun 80-90 persen sejak tahun 1978. Itu artinya Indonesia rugi secara ekologis atau kerugian lingkungan hidup.


Masalahnya Apa?

Tingkat kesadaran masyarakat yang rendah, perdagangan satwa liar yang tinggi, edukasi penyadartahuan tentang konservasi yang rendah di sistem pendidikan, sosial media yang glorifikasi pelihara satwa liar, regulasi peraturan yang seadanya, fungsi BKSDA yang tidak maksimal, hilangnya habitat satwa liar akibat deforestasi adalah beberapa akibat dari berlarut-larut ketidakbecusan Indonesia untuk melindungi satwa liar. 


Itu adalah grafik perdagangan satwa liar di Indonesia dari tahun 2015-2019 menunjukkan angkanya terus meningkat. 

https://auriga.or.id/resource/reference/peraturan_perlindungan_satwa_liar_di_indonesia_2022.pdf 

 Akibatnya 83 jenis hewan berstatus Critically Endangered (kritis), 194 jenis berstatus Endangered (genting), dan 580 jenis berstatus Vulnerable (rentan), yang mengagetkan baru-baru ini monyet ekor panjang Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) telah menaikkan status monyet ekor panjang dari vulnerable ke endangered. https://www.timeconservation.org/konflik-manusia-dan-satwa-liar/ 

Konflik satwa dan manusia juga sama tingginya. Sebagai contoh, kasus antara gajah dan manusia di Indonesia bahkan menempati peringkat pertama di Asia dengan nilai 1,2% atau 3x lipat lebih banyak dari Thailand yang berada di peringkat 2 dengan 0,4% (Forum Konservasi Gajah Indonesia; WWF Indonesia). Forum HarimauKita mendata kejadian konflik antara manusia dan harimau di tahun 2001-2016 menyebabkan 1.247 ekor ternak terbunuh dan 130 harimau mati. Puncak komedinya, Indonesia menjadi negara nomor satu paling banyak mengunggah konten penyiksaan hewan di media sosial baik itu hewan peliharaan maupun hewan liar. Kesimpulannya, Indonesia tidak pernah serius melindungi satwa liar. 



Senin, 01 Agustus 2022

Perempuan Dalam Ekonomi Berkelanjutan dan Konservasi di Nanga Lauk, Kapuas Hulu



Ibu di Nanga Lauk pulang dari menoreh karet dan membawa rotan muda. Rasa rotan muda yang pahit yang diambil dari hutan biasanya dimakan sebagai lauk 

 Mengapa Perubahan Iklim Sangat Berdampak Pada Perempuan? Dan Bagaimana Perempuan Membangun Perekonomian dan Konservasi?


 Ancaman perubahan iklim yang diakibatkan peningkatan kondisi cuaca ekstrem seperti kekeringan, badai atau banjir telah diakui sebagai isu prioritas global. Perubahan iklim merupakan tantangan pembangunan berkelanjutan, dengan dampak luas tidak hanya pada lingkungan tetapi juga pada pembangunan ekonomi dan sosial. Dampak perubahan iklim akan bervariasi antar wilayah, dan antara generasi yang berbeda, pekerjaan serta antara perempuan dan laki-laki. Karena kapasitas adaptif mereka yang lebih rendah, negara-negara berkembang dan orang-orang yang hidup dalam kemiskinan kemungkinan besar akan mengalami dampak yang signifikan. (https://www.un.org/womenwatch/feature/climate_change/) . 

 Banyak faktor yang mempengaruhi perubahan iklim terhadap perempuan, misalnya karena akses pendidikan, budaya dan lain-lain. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2019 menunjukkan, angka melek huruf pada perempuan lebih rendah dari laki-laki dengan berada di angka 94,33 persen dan laki-laki 97,48 persen. Efek ketidaksetaraan gender ini membuat keterbatasan perempuan dalam mengambil keputusan, pilihan bekerja dan aktualisasi diri akibatnya perempuan di daerah pedesaan di negara berkembang sangat bergantung pada sumber daya alam lokal untuk mata pencaharian mereka, air, makanan dan energi untuk memasak. Dampak perubahan iklim, termasuk kekeringan, curah hujan yang tidak menentu, dan penggundulan hutan, mempersulit pengamanan sumber daya ini. Dibandingkan dengan laki-laki di negara-negara miskin, perempuan menghadapi kerugian historis, yang meliputi akses terbatas ke pengambilan keputusan dan aset ekonomi yang menambah tantangan perubahan iklim. 

 Profil Nanga Lauk 

Senja di desa Nanga Lauk

 Nanga Lauk adalah sebuah desa di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Di sekitar desa terdapat 10.000 ha hutan hujan dan rawa gambut yang terancam oleh perusahaan penebangan, perkebunan kelapa sawit dan pertambangan. Masyarakat Nanga Lauk telah mendapatkan hak pengelolaan Hutan Desa seluas 1.433 hektar sejak tahun 2017


Hutan Desa 


 Hutan di Nanga Lauk merupakan campuran antara rawa gambut dan hutan sungai, yang digunakan oleh masyarakat Nanga Lauk untuk memancing, produksi madu, kebun karet, sayur dan kayu untuk membangun rumah mereka. Merancang serangkaian kegiatan untuk mengamankan dan memperluas hak hukum masyarakat untuk mengelola dan memanfaatkan Hutan Desa, memungkinkan mereka untuk mencegah deforestasi dan degradasi hutan yang akan terjadi jika kawasan tersebut tidak dilindungi secara efektif. 

 Hutan adat dan hutan desa merupakan pilihan hukum masyarakat untuk mengelola hutan di dalam kawasan hutan negara. Hutan Desa adalah hutan negara yang belum dibebani izin/hak, yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN pasal 1 menjelaskan bahwa “Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat” dan pada Pasal 34 tentang Pengelolaan kawasan hutan untuk tujuan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dapat diberikan kepada: a. masyarakat hukum adat, b. lembaga pendidikan, c. lembaga penelitian, d. lembaga sosial dan keagamaan. (https://www.balitbangham.go.id/po-content/peraturan/uu%20no%2041%20tahun%201999.pdf

 Perempuan dan Hutan

Ibu Dara sedang membuat tanggui atau caping dari daun pandan berduri. 

 Ibu Dara adalah salah satu perempuan di desa yang menggantungkan hidupnya dari hutan. Selain menganyam, keseharian ibu-ibu sepertinya pergi memancing dan berkebun, atau menoreh karet. Ibu Dara telah belajar menganyam tanggui, tikar dan keranjang sejak umur 10 tahun. Satu topi tanggui membutuhkan waktu 3-7 hari tergantung kesibukan ibu. Topi tanggui terbuat dari pandan tinggi berduri yang mereka sebut “daun kerupuk”

Keranjang Rotan Yang Dibuat Ibu Dara
 Kagak (keranjang rotan) yang dibuat ibu Dara. 

 Ibu yang tinggal bersama suami, empat anak perempuan dan dua orang cucunya mengatakan bahan baku membuat topi mudah ditemukan seperti daun pandan berduri dan rotan namun beberapa jenis daun seperti Serisik dan Kulan lebih susah ditemukan dan hanya berada di dalam hutan.

Produktif di Usia Tua

Umurnya memang sudah tidak muda lagi tetapi nenek Nursia masih aktif menangkap ikan, menoreh karet dan membuat keranjang dari rotan. Dia adalah salah satu perempuan di desa seperti ibu Dara yang menggantungkan hidupnya dari hutan.

Rotan yang diambil nenek Nursia di pinggir hutan.


Pada prosesnya, rotan dibelah, dibersihkan, dijemur kemudian siap dianyam. Nenek Nursia tinggal berempat bersama satu anak perempuan dan dua orang cucunya, dia membawa saya masuk kedalam rumahnya dan menunjukkan semua hasil kagak (keranjang rotan) yang dibuatnya. Keranjang-keranjang cantik tersebut tergantung di dinding dapur dan diletakkan di atas lemari.


keranjang yang dibuat nenek Nursia

Sore itu tanggal 18 Juli 2022, nenek Nursia dan anak perempuannya pulang dari danau. Mereka dapat satu ekor ikan Tapah (Willago Lerrie) atau orang desa bilang ikan Juara berukuran besar dengan panjang hampir satu meter, sementara ikan-ikan yang berukuran sedang dan kecil di masukkan ke dalam keranjang rotan. 

Ikan monster ini memiliki mulut yang besar, gigi yang tajam, dan berukuran dapat mencapai 2,4 meter. Ukurannya yang raksasa, orang di desa mengatakan ikan tersebut bisa menyerang manusia, sayangnya ikan ini masuk kategori terancam punah. 

Nenek Nursia dan anaknya pulang memancing dari danau

Ikan Tapah yang dipancing nenek Nursia


Ikan hasil tangkapan di dalam keranjang rotan

Danau Tunggal, sumber mata pencaharian bagi warga Nanga Lauk yang mayoritas adalah nelayan.

Ikan Lais salai yang sedang dalam proses pengeringan dengan cara pengasapan.


Ikan-ikan yang didapatkan oleh Nenek Nursia dan nelayan lainnya di desa Nanga lauk diolah menjadi ikan salai, ikan asin, kerupuk, kerupuk basah ataupun untuk dikonsumsi sendiri. Pada musim surut, dalam satu hari satu keluarga bisa mendapatkan hingga 30kg ikan. Jenis ikan yang didaptkan seperti ikan Toman, Lais, Tapah, dll.

Akan pentingnya hutan bagi warga desa, Pak Dahlan, pengurus lama Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) memberikan dukungannya untuk perluasan hutan desa di Nanga Lauk, alasannya jika hutan tidak dikelola oleh masyarakat maka ancaman pembukaan lahan perusahaan kelapa sawit ribuan hektar akan mengakibatkan kayu di hutan habis, danau akan rusak, ikan akan sulit didapat, lebah-lebah akan hilang dan petani madu akan kehilangan mata pencahariannya.

Ibu bersama tim rehabilitasi akan menanam sebanyak 4400 pohon


Beberapa upaya menyelamatkan hutan desa di Nanga Lauk adalah patroli hutan, rehabilitasi hutan dan membentuk KUPS atau Kelompok Usaha Perhutanan Sosial di bawah LPHD  untuk ekonomi yang berkelanjutan di Nanga Lauk. KUPS yang dibentuk adalah KUPS Ikan, Karet, Rotan, Madu dan Ekowisata. Secara administratif pada tahun 2021 dari 785 orang ada 255 perempuan penerima manfaat program hutan desa ini.

Ibu-ibu tim ekowisata sedang membakar rotan muda untuk jamuan wisatawan.

Perempuan dan Kebijakan


Peran perempuan tidak hanya terbatas pada akses sumber daya alam tetapi akses dalam kebijakan yang berkelanjutan juga sangat penting. Dalam sebuah penelitian di 130 negara, ditemukan bahwa ketika perempuan berada di posisi pemerintahan, mereka lebih mungkin untuk menandatangani perjanjian yang mengambil tindakan melawan perubahan iklim.


Penyerahan SK pengurus lama kepada pengurus baru LPHD

Perempuan memainkan peran penting dalam komunitas, dan suara perempuan harus didengar untuk aksi iklim. Untuk memiliki masa depan yang tangguh, untuk perkembangan komunitas, perempuan harus duduk di meja.

Kepengurusan LPHD di Nanga Lauk sejak diresmikan pada 2017 didominasi oleh laki-laki dan orangtua. Ketua LPHD 2022 yang baru telah dipilih melalui pemungutan suara pada bulan Maret 2022, kini LPHD yang baru dipegang oleh seorang perempuan muda lulusan Kehutanan Universitas Tanjungpura. Tidak hanya itu, posisi akuntan dan sekretaris juga dijabat oleh perempuan Lija Sari dan Sariatun. Semua orang di desa berharap dengan kepemimpinan anak muda akan ada perubahan yang signifikan.

Senin, 18 Juli 2022, serah terima jabatan pengurus LPHD yang baru bertempat di kantor desa Nanga Lauk. Ketua LPHD yang baru, Hariska, mengatakan sebagai perempuan, ia sangat senang mendapat kesempatan menjadi ketua LPHD dan berharap desa Nanga Lauk bisa melestarikan hutan desa dan berkembang lebih maju. 

Pengurus LPHD di bawah kendali pemuda desa



Kamis, 07 Juli 2022

Cafe Merebak, Plastik Merajalela

 



Beberapa tahun belakangan ini memang lagi manis-manisnya bisnis cafe, bukan cuma di kota besar seperti Jogja atau Bandung tapi hampir setiap kota di Indonesia!, sekarang anak muda tak perlu merogoh kocek dalam seperti ke Starbuck jika hanya ingin sekedar foto estetik atau terlihat gaul karena ada banyak pilihan cafe yang lebih cocok dengan isi dompet. 


Merek kopi besar pun bermunculan seperti Kopi Kenangan, Janji Jiwa dan lain-lain dan kecendrungan "take away" pun semakin tinggi. 


Tidak ada yang salah dengan ini semua ini tapi cafe-cafe sekarang cuma mengedapankan praktisnya saja. Misal, walaupun kita minum di tempat tetapi wadah minuman memakai plastik take away, mungkin kalau memakai gelas itu buang-buang energi karyawannya ya?, atau tidak ada waktu untuk mencuci gelas-gelas kotor?, kalau pakai plastik sekali pakai kan tinggal buang aja ya? toh beli plastik murah dan tetap untung jualannya. 


Itulah alasan saya selalu pastikan ke pramusaji agar minuman yang saya pesan memakai gelas yang bisa dipakai berulang-ulang atau gelas kaca karena nongkrong, minum di cafe bukan cuma sekedar gaul tetapi ada tanggung jawab kita untuk tidak mendukung produksi plastik sekali pakai. 


Ayok anak yang gaul, kita bisa kok gaul tanpa ikutan merusak alam ya 💚 Salam cinta kopi 💜☕

Minggu, 20 Februari 2022

Taiwan Telah Melarang Kandang Baterai Untuk Bebek Petelur


sumber foto : actforfarmedanimals.org


Taiwan adalah negara pertama di dunia yang melarang kandang baterai untuk bebek petelur. Industri bebek di Taiwan tidak akan bisa lagi menggunakan kandang baterai. Dampak larangan itu akan sangat luas. Kandang baterai, atau kandang konvensional, dirancang untuk menampung hewan bertelur seperti ayam dan umumnya terbuat dari kawat di semua sisinya. (https://www.vegan-news.net/taiwans-duck-egg-industry-could-be-going-cage-free/)

Menurut organisasi perlindungan hewan Environment & Animal Society of Taiwan (EAST). Dengan lebih dari 400 peternakan bebek, negara tersebut memiliki sekitar 21,6 juta bebek petelur, data dari Dewan Pertanian Taiwan. Secara keseluruhan, lebih dari 500 juta telur bebek dihasilkan setiap tahun. 

Bebek adalah unggas air dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di air, yang penting bagi mereka untuk melakukan berbagai perilaku normal seperti mengayak makanan dari air, terjun ke air, membersihkan diri, dan mencelupkan kepala mereka ke dalam air. Perilaku alami ini penting agar bebek memiliki kondisi bulu yang baik, serta menjaga kebersihan lubang hidung dan mata

Masalah kesejahteraan hewan dari kandang baterai berdampak negatif pada hewan baik secara fisik maupun psikologis. Hewan yang di kandang kecil dan sempi tersebut tidak dapat berperilaku alami, seperti menggaruk, mencari makan, dan bersarang, hal itu dapat mengakibatkan perilaku stress pada satwa.

Data dari Kementrian Pertanian pada tahun 2019 menyebutkan Indonesia menghasilkan 321.026 ton telur itik per tahun. Akan tingginya produksi telur itik di Indonesia, 21 Desember 2021, Act For Farmed Animals mendesak pemerintah Indonesia untuk mengambil tindakan melarang kandang baterai setelah merilis video penelusuran  rahasia oleh We Animals Media dan Act For Farmed Animals (www.actforfarmedanimals.org) ke sejumlah peternakan di Indonesia dan menemukan penderitaan hewan yang luar biasa.

Minggu, 13 Februari 2022

Peternakan Gurita (Hewan yang Sangat Cerdas) Seharusnya Tidak Boleh Terjadi

Gurita adalah hewan yang sangat cerdas. Di penangkaran yang terlalu kecil mereka tidak bisa untuk mejelajah, tanpa mangsa untuk diburu dan benda-benda untuk dimanipulasi dapat membuat mereka bosan dan stress. Pola makan mereka adalah karnivora dan budidaya gurita akan meningkatkan penangkapan ikan liar untuk pakan. Puluhan hewan laut liar (ikan dan krustasea) harus dibunuh untuk pengembangbiakan seekor gurita. 

Studi oleh Bank Dunia, Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), dan Institut Penelitian Kebijakan Pangan Internasional (IFPRI) memperkirakan bahwa pada tahun 2030, dua pertiga dari pasokan ikan pangan global akan berasal dari ikan yang dibudidayakan. https://sentientmedia.org/fish-farming/. Pembudidayaan hewan predator ini bertentangan dengan pedoman akuakultur Uni Eropa yang bertujuan membatasi ketergantungan pada penangkapan ikan di laut terbuka. Pertanian gurita bisa menjadi jenis pertanian intensif yang paling mengerikan.

Perusahaan multinasional Spanyol Nueva Pescanova menuai kontroversi karena telah mengumumkan pembukaan peternakan gurita pertama di dunia tahun depan. Terletak di pedalaman kepulauan Kepulauan Canary, hampir satu juta gurita akan menderita di industri akuakultur ini setiap tahun. 

Berikan suaramu untuk larangan peternakan gurita ini sebelum terlambat. https://drove.com/.2vFy

Minggu, 02 Januari 2022

8 Tempat Nongkrong Asyik di Selatan Yogyakarta

 Halo sobat berang-berang, aku mau kasih lima rekomendasi tempat asyik untuk makan atau sekedar nyantai di daerah selatan Jogja. Sebenarnya ada banyak tempat bagus untuk makan atau nongkrong di daerah selatan Jogja mungkin ini versiku untuk saat ini yang dipengaruhi faktor lokasi.


1. Warung Tedoeh

Coffe : ⭐️

Food : ⭐️⭐️⭐️

Place : ⭐️⭐️⭐️⭐️

Wifi : No

Buka setiap hari : 9 am- 8 pm




Warung ini berlokasi di Sambikerep, Bangunjiwo, Kasihan Bantul. Tempatnya asri dengan bangunan dan pondok-pondok yang estetik dari batu. Tempat ini biasanya jadi favorit keluarga-keluarga karena pilihan makanannya yang banyak dan bangunannya yang luas.

Menu favorit saya di sini nasi lemak, jamur krispi dan tempe mendoan. Harganya terjangkau, bisa cek menu di bawah ini


























2. Kopi Lemah Abang

Coffe : ⭐️⭐️
Food : ⭐️⭐️⭐️ ⭐️
Place : ⭐️⭐️⭐️⭐️
Wifi : No
Buka setiap hari : 8 am - 8 pm



Kopi Lemah Abang berlokasi di Kasihan, Gedongan, Bangunjiwo, Bantul. Warung ini asyik banget buat nyantai sambil lihat pemandangan sawah dan angin semilir. 

Makanannya super enak, favoritku tumis daun pepaya, pisang goreng, sambal, sayur lodeh dan pisang goreng, aduh semuanya enak deh.

3. Maulaku Coffe
Coffe : ⭐️⭐️⭐️⭐️
Food : ⭐️⭐️
Place : ⭐️⭐️⭐️⭐️
Wifi : Yes

                        sumber foto: Google Map


Cafe ini berlokasi di Kalicapung, Banguniwo, Kasihan Bantul. Kalau belum pernah ke sini mungkin agak susah menemukannnya karena lokasinya masuk kampung dan di ujung dekat kali. Menu favoritku di sini coffelatte, matcha dan tentu saja mendoan.

4. Sumir Dika 3
Coffe : ⭐️⭐️
Food : ⭐️⭐️⭐️⭐️
Place : ⭐️⭐️⭐️⭐️
Wifi : No
Buka setiap hari : 10 am -10 pm




Lokasi Sumir 3 Dika ada di jalan Jogoripon Timur, Panggungharjo. Nah ini tempat asyik kalau mau makan enak dengan pilihan yang beragam, harganya terjangkau dan lokasi yang bikin nyaman berlama-lama di dekat sawah. Menu favoritku di sini sup jamur, jamur kripsi dan mendoan.

5. Savasana Coffe
Coffe : ⭐️⭐️⭐️⭐️
Food : ⭐️
Place : ⭐️⭐️⭐️
Wifi : Yes
Buka setiap hari : 10 am- 11 pm



Tempatnya kecil tapi nyaman, cafe ini berlokasi di alan Selarong No.15,  mereka juga jual kopi whole bean atau yang sudah digrinding, bisa request. Tempat ini cocok untuk kerakan tugas atau sekedar santai-santai sambi menikmati pemandangan sawah. Menu favorit, Coffelatte.

6. Moonlight Coffe
Coffe : ⭐️⭐️⭐️⭐️
Food : ⭐️
Place : ⭐️⭐️⭐️
Wifi : Yes
Buka setiap hari : 12 pm - 12 am

  sumber foto: Google Map

Ini cafe yang bagusnya didatangi pas malam hari kenapa? Karena tepat di samping kanan cafe ini ada sawah yang penuh dengan kunang-kunang, magik dan syahdu.  Menu favoritku, red velvet.

7. Simple Plant 
Coffe : ⭐️
Food : ⭐️⭐️⭐️
Place : ⭐️⭐️⭐️⭐️
Wifi : Yes
Buka setiap Senin- Sabtu : 3-9 pm




Mau makan sehat dan vegan dengan suasana pohon yang rimbun? Langsung aja ke Simple Plant. Lokasinya di Jalan Plataran, Sembungan, Kasihan Bantul.

Menu favoritku di sini adalah bakso no cuangki dan yamin, tapi menu lainnya juga gak kalah enak seperti geprek atau menu spesial today lainnya. Tempat ini juga menyediakan beer dan minuman beralkohol lainnya.

8. Omah Sawah Sewon
Coffe : ⭐️⭐️
Food : ⭐️⭐️⭐️
Place : ⭐️⭐️⭐️⭐️
Wifi : Yes
Buka setiap hari : 10 am- 11pm



Lokasi Omah Sawah Sewon di  Jalan Parang Teritis Km 5 Sewon Bantul. Tempat terbuka ini cocok untuk kumpul keluarga atau teman-teman. Menu favoritku di sini yaitu jenang, pisang goreng dan mendoan.