Rabu, 01 September 2021

Indonesia's Barbaric Tourism Industry: Stop Wisata Tunggang Gajah



Orang-orang ingin menunggangi gajah, atau memandikannya, atau mengelus belalainya. Namun menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh World Animal Protection (WAP) di seluruh Asia, hal ini akan memicu peningkatan jumlah gajah yang ditangkap dari alam liar dan dipelihara untuk hiburan.

Pada tahun 2016, TripAdvisor mengumumkan mengakhiri penjualan tiket untuk pengalaman satwa liar di mana wisatawan melakukan kontak langsung dengan hewan liar, termasuk menunggang gajah.

Dr Jan Schmidt-Burbach, Global Wildlife and veterinary advisor di World Animal Protection (WAP), mengatakan: "Tren kejam gajah yang digunakan untuk wahana dan pertunjukan semakin meningkat - kami ingin turis tahu bahwa banyak dari gajah ini diambil dari induknya. sebagai bayi, dipaksa untuk menanggung pelatihan yang keras dan menderita kondisi hidup yang buruk sepanjang hidup mereka. Padahal Gajah Asia kini terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Mereka juga ada dalam daftar spesies terancam punah CITES. https://www.bbc.com/news/science-environment-40501667 

Sementara, di Indonesia gajah-gajah tetap dipaksa melakukan praktik "industri wisata brutal ini". Contohnya Kebun Bintang Surabaya yang masih menawarkan paket hiburan menunggagi Gajah. https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5519012/kbs-jadi-tempat-wisata-favorit-warga-tunggang-gajah-masih-dinikmati. Atau wisata tunggang gajah di Borobudur  https://20.detik.com/spot-wisata/20210711-210711028/wisata-tunggang-gajah-sumatera-mengelilingi-desa-sekitar-candi-borobudur. Begitu juga dengan agensi perjalan di Bali, seperti Taman Gajah Taro Ubud. Padahal konstruksi tubuh Gajah tidak dirancang untuk ditunggangi dan itu menyiksa gajah.

Cara terbaik untuk membantu pelestarian gajah adalah 

1. Hindari wisata yang mengeksploitasi gajah sebagai tunggangan atau membeli tiket hiburan atraksi yang bukan perilaku alamiah mereka seperti melukis, dan lain sebagainya.

2. Dukung suaka margasatwa yang pro terhadap kehidupan liar gajah dan kamu bisa melakukan kesekarelawan di sana

 3. Jangan pernah membeli atau menerima souvenir yang berasal dari anggota tubuh gajah seperti gelang dari gading gajah.

Jumat, 06 Agustus 2021

Akuakultur, Bisnis Yang Tidak Peduli Dengan Keberlanjutan



Studi oleh Bank Dunia, Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), dan Institut Penelitian Kebijakan Pangan Internasional (IFPRI) memperkirakan bahwa pada tahun 2030, dua pertiga dari pasokan ikan pangan global akan berasal dari ikan yang dibudidayakan. https://sentientmedia.org/fish-farming/

Banyak orang dalam industri ikan komersial mengatakan bahwa budidaya ikan dilakukan untuk alasan keberlanjutan dan tidak terlalu merusak lautan, apakah itu benar?

Jawabannya tidak, karena diperlukan hingga lima pon ikan kecil yang liar dari laut untuk memberi makan ke ikan budidaya untuk menghasilkan hanya satu pon daging ikan salmon atau ikan tuna. Pengembangbiakan ikan sebenarnya akan mendorong lebih banyak penangkapan ikan, yang dapat merugikan populasi liar. Oleh karena budidaya ikan komersial yang rakus itu menyebabkan penurunan jumlah paus, lumba-lumba, anjing laut, singa laut, penguin, dan spesies lainnya karena mereka kehilangan sumber makanannya di laut.

Cara yang digunakan untuk menangkap ikan liar untuk dijadikan pakan ikan yang dibudidaya ini sangat mengerikan, yaitu dengan trawl atau jaring pukat. Trawl adalah jaring berbentuk kerucut yang memungkinkannya untuk ditarik di sepanjang dasar laut. Metode penangkapan ikan ini menghasilkan banyak bycatch dan akhirnya merusak dasar laut. Alat ini tidak selektif sehingga dapat merusak semua yang dilewatinya. Oleh karena itu kecenderungan alat tangkap ini dapat menjurus ke alat tangkap yang destruktif.

Pada akhirnya, perusahaan yang bertanggung jawab pada bisnis yang merusak ini hanya peduli dengan keuntungan mereka. Hal yang mereka lakukan hanya untuk membuat bisnis lebih efisien dan lebih menguntungkan.

Belum ada solusi terbaik untuk menghindari masalah ini dan masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengurangi masalah tersebut. Jika kamu peduli dengan lingkungan, hal paling efektif yang dapat kamu lakukan adalah beralih ke makanan yang berbasis #nabati sebagai gantinya.

Belida, Ikan Berpunggung Pisau Asli Indonesia Yang Populasinya Kian Terancam Akibat Penangkapan Yang Berlebihan




Populasi ikan di Indonesia telah menurun dengan sangat cepat dalam waktu singkat akibat overfishing. Overfishing adalah penangkapan ikan yang berlebihan dan dapat mengakibatkan penipisan sumber daya dan penurunan tingkat pertumbuhan biologis. Contoh kasus menurunnya populasi ikan adalah menurunnya populasi ikan belida.

Ikan yang terkenal sebagai bahan baku makanan tradisional pempek ini merupakan ikan asli Indonesia yang tersebar di perairan sungai rawa di wilayah Paparan Sunda, meliputi Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Selain aktivitas penangkapan yang tinggi, populasi Belida juga semakin menipis akibat perubahan alih fungsi rawa menjadi pemukiman dan aktivitas transportasi air yang dianggap mempengaruhi habitat ikan belida, seperti bus air di sungai Musi atau tongkang yang mengangkut batu bara.

Menteri Kelautan dan Perikanan sudah menetapkan 4 jenis Ikan Belida dalam daftar ikan yang dilindungi dengan status perlindungan penuh. Yaitu Belida jenis Chitala borneensis (belida borneo), Chitala hypselonotus (belida sumatra), Chitala lopis (belida lopis) dan Notopterus notopterus (belida jawa). Perlindungan penuh terhadap ikan belida tertuang dalam keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Jenis Ikan yang Dilindungi. https://pontianak.tribunnews.com/2021/03/07/4-jenis-ikan-belida-yang-tak-boleh-lagi-dikonsumsi-dan-dijual

Dikutip dari Mongabay, salah satu upaya konservasi dilakukan dengan menambah jumlah populasi melalui translokasi, tetapi hal ini membutuhkan waktu yang lama dan hal paling efektif yang dapat kamu lakukan adalah beralih ke makanan yang berbasis nabati sebagai gantinya.

Jumat, 09 Juli 2021

Ikan Juga Merasakan Sakit dan Stres



Tahukah kalian bahwa jumlah ikan yang dibunuh manusia melalui penangkapan ikan, praktik pengembangbiakan ikan, dan akibat polusi membahayakan yang disebabkan manusia adalah sebanyak 2,7 triliun per tahun. Ini adalah jumlah yang sangat mencengangkan!

Bagi banyak orang, membunuh ikan dalam jumlah banyak selalu tampak lebih dapat dibenarkan secara moral daripada membunuh hewan lain. Ini mungkin karena ikan terlihat dan bertindak sangat berbeda dengan manusia atau hewan yang di darat sehingga mereka tampak terlalu aneh—terlalu janggal dan tidak mirip—untuk dibandingkan dengan kita. https://sentientmedia.org/do-fish-feel-pain/

Padahal, sama seperti kita manusia, burung, atau hewan lainnya, ikan juga merasakan sakit dan stres. Penelitian menunjukkan bahwa pengembangbiakan ikan di tambak yang kecil dan penuh sesak menciptakan lingkungan yang sangat menyakitkan dan membuat stres bagi para ikan yang dikembangbiakkan. Ini juga berisiko tinggi menyebabkan ikan jatuh sakit, dan sekarat karena kelaparan atau sesak napas. http://worldwideaquaculture.com/5-facts-about-aquaculture-farmed-fish-that-everyone-should-know/

Jika kamu peduli dengan satwa dan lingkungan, hal paling efektif yang dapat kamu lakukan adalah beralih ke makanan yang berbasis nabati sebagai gantinya.

Rabu, 09 Juni 2021

Akuakultur dan Budidaya Ikan, Penimbul Masalah Terhadap Lingkungan.


Tau tidak apa bedanya akuakultur dan budidaya ikan?. Akuakultur adalah metode untuk melakukan pemeliharaan serta penangkaran berbagai jenis makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan yang hidup di perairan, sedangkan istilah 'budidaya ikan' menunjukkan eksploitasi, karena budidaya ikan menggunakan keramba dalam skala besar untuk memaksimalkan keuntungan. Beberapa tambak ikan menggunakan keramba kecil yang penuh sesak seperti metode ayam baterai, sedangkan 'akuakultur’ menggunakan budidaya ikan di keramba besar yang terisolasi di laut, jauh dari garis pantai. (https://www.mindbodygreen.com/0-11561/9-things-everyone-should-know-about-farmed-fish.html ). Akan tetapi kedua metode budidaya ikan ini menimbulkan masalah bagi planet ini. Kerusakan yang disebabkan akuakultur mencakup: 1. Masalah penanganan limbah dan penggunaan antibiotik. Akuakultur juga mencemari perairan setempat dengan fesesnya, yang sering kali mengandung antibiotik dan pestisida yang diberikan untuk menangkal penyakit dan hama. Akumulasi logam juga terjadi, terutama tembaga dan seng. 2. Merusak populasi liar. Penggunaan ikan tangkapan dari alam liar untuk membudidayakan ikan karnivora contohnya ikan salmon. Satwa lainnya di alam liar kekurangan sumber makanan dan mengakibatkan penurunan jumlah paus, lumba-lumba, anjing laut, singa laut, penguin, dan spesies lainnya. 3. Dapat menjadi spesies invasif jika terlepas ke lingkungan karena mereka diseleksi untuk tumbuh dan berkembang biak dengan cepat.

4. Akuakultur dapat membahayakan ekosistem perairan dekat pantai. Sekitar 20% dari hutan bakau di seluruh dunia telah rusak sejak tahun 1980an untuk membangun tambak udang dan industri udang menyumbang 38% dari total kerusakan deforestasi bakau . Efeknya kerugian secara perekonomian pada sistem ini jauh lebih besar dibandingkan keuntungan yang didapatkan. Selama empat dekade di Indonesia, 269 ribu hektare hutan mangrove telah diubah menjadi tambak udang dan saat ini telah dibiarkan karena terjadi penumpukan toksin akibat usaha budi daya yang tidak lestari. (https://id.wikipedia.org/wiki/Budi_daya_perairan ) Belum ada solusi terbaik untuk menghindari masalah ini dan masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengurangi masalah tersebut. Jika Anda peduli dengan lingkungan, hal paling efektif yang dapat Anda lakukan adalah beralih ke makanan yang berbasis nabati sebagai gantinya.


Minggu, 23 Mei 2021

Opini : Nasib Blangkas/ Mimi Untuk Pengobatan Medis

 "Every man, woman, and child and domestic animal on this planet that uses medical services is connected to the horseshoe crab"

sumber foto : https://blogs.unimelb.edu.au

Jadi April tahun 2019 ada peneliti dari IUCN datang ke Telunas beach resort, di tempat saya bekerja waktu itu untuk mengecek status Horse crab atau blankas kata orang Indonesia, apakah satwa ini masuk kategori endangered, vulnerable atau critical endengered. Saya baru tau juga ternyata orang ambil darahnya yang berwarna biru untuk obat, kupikir ini praktik kejam pengobatan alternatif ternyata ini sebuah industri besar legal yang pada tahun 2012 ada sekitar 610.000 horseshoe crab untuk diambil darahnya. Darah yang diambil dari satu ekor adalah sekitar 30% dari total darahnya di dalam tubuh, setelah darahnya diambil lalu blangkas tersebut dikembalikan ke laut. 

Tidak serta merta juga praktek ini sustainable atau berkelanjutan karena pada kenyataannya sebelum proses darahnya disedot, mereka diambil dari laut pake trawl atau jaring pukat, disimpan di kontainer berjam-jam, lalu memasukkan jarum ke membran yang tembus ke jantung, dimasukkan ke kontainer lagi, lalu dikembalikan ke laut. Diprediksi ada 29% blankas yang mati setelah proses itu dan resiko bisnis medical ini bukan hanya terhadap mati hidupnya mereka di alam tetapi peneliti juga menemukan bahwa kegiatan mengambil darah itu menggangu proses mencari pasangan dan bereproduksi hewan tersebut.

Tapi ya...apa sih yang gak dieksploitasi sama manusia, coba bayangkan seandainya Alien datang ke bumi ambil 610.000 manusia tanpa ada persetujuan, lalu mereka ambil darah kita demi pengobatan kaum mereka Alien, setelah darah manusia diambil trus di kembalikan ke bumi. Jadi gak ada tuh kompensasi dikasih vitamin, susu atau vitamin seperti PMI.

https://www.popularmechanics.com/science/health/a26038/the-blood-of-the-crab/

Pelihara Berang-berang Tidak Selucu yang Kalian Pikirkan




 Saya suka khawatir dengan akun-akun di media sosial seperti di instagram yg menggemborkan kelucuan peliharaan berang-berang sebagai peliharaan. Manusia selalu mencoba mendomestifikasikan hewan-hewan liar, contohnya pelihara berang-berang tidak selucu yg ada di instagram. Kalian harus cari informasi sebelum memutuskan pelihara satwa karena itu butuh komitmen besar dan bukan sekedar latah untuk pelihara. Saya juga melihat banyak tren tren org Rusia yg pelihara kucing besar seperti harimau, bob cat, cheeta dll. Tren ini bisa menimbulkan penggelapan satwa liar yang harusnya berada di alamnya tapi malah harus hidup di rumah dan tidak bisa mengekspresikan perilaku alaminya. Please stop latah atau sekedar ikut-ikut dan jangan egois ingin memiliki semuanya.


https://news.mongabay.com/2019/05/otter-cafes-and-cute-pets-craze-fuel-illegal-trafficking-in-japan-and-indonesia/amp/?__twitter_impression=true

BERAPA LAMA PLASTIK TERURAI? DAMPAKNYA UNTUK LINGKUNGAN



Jadi beberapa hari yang lalu saya melakukan penelitian kecil kecilan, saya menggali tanah di belakang rumah dan menemukan beberapa sample plastik makanan ringan, saya ingat betul ini makanan ringan waktu saya SD dulu. Salah satu bungkus sudah expire 11 tahun lalu,  kemungkinan sampah itu sudah dibuang 4 atau lima tahun sebelum expire dengan kata lain sampah itu sudah 14 tahun yang lalu tertimbun dan tidak terurai sama sekali, hanya warnanya yang memudar. Plastik membutuhkan puluhan bahkan ratusan tahun untuk terurai itupun menjadi partikel lebih kecil atau "#microplastick ". Bayangkan sampah ini jika berakhir di laut, ratusan tahun akan mengotori laut dan kemungkinan  besar termakan oleh satwa liar. Peneliti megatakan bahwa LEBIH DARI 90% BURUNG LAUT DITEMUKAN PLASTIK DALAM PERUTNYA ". mereka menganggap sampah sampah itu seperti telur ikan. 


Jadi tolong bijaksana ketika memutuskan membeli atau memakai plastik sekali pakai,  tolak jika tidak diperlukan dan tolong jangan buang sampah sembarangan apalagi untuk teman teman saya yang tinggal di pulau jangan sampai sampah tercemar ke laut


https://www.theguardian.com/environment/2015/sep/01/up-to-90-of-seabirds-have-plastic-in-their-guts-study-finds

Kamis, 20 Mei 2021

46% plastik di laut berasal dari jaring ikan

 

Tahukah kamu apa hubungannya mengkonsumsi ikan laut dengan kerusakan lingkungan?

Diperkirakan delapan juta ton sampah plastik berakhir ke laut setiap tahun dan total jumlah sampah itu 46% nya berasal dari jaring ikan. Selain merusak laut, juga tidak sehat lagi untuk dikonsumsi. Penelitian terbaru menemukan bahwa lebih dari seperempat ikan sekarang mengandung plastik, termasuk yang kita konsumsi sebagai makanan laut.

Plastik kini terbukti menyerap polutan yang mengandung bahan kimia seperti bisphenol A (BPA), Ps oligomer, polychlorinated biphenyls (PCBs), bahkan DDT. Racun ini dilepaskan baik di laut maupun di hewan laut yang mengkonsumsinya. Mereka diketahui menyebabkan masalah hati, gangguan hormonal, masalah sistem kekebalan, dan masalah perkembangan masa kanak-kanak.


Sumber:

https://www.triplepundit.com/story/2018/our-plastic-problem-plastics-marine-life-and-beyond/11841

https://www.theguardian.com/lifeandstyle/2017/feb/14/sea-to-plate-plastic-got-into-fish

Jumat, 12 Maret 2021

Kandang Baterai itu Kejam Untuk Satwa dan Tidak Sehat Untuk Manusia

Setiap tahun, diperkirakan jumlah produksi telur dari 10 negara penghasil dan pemasok telur terbesar
di dunia adalah 45,518 triliun kilogram, dan angka ini terus bertambah. Dari 10 negara penghasil telur terbesar di dunia, Indonesia menduduki peringkat ke tujuh dengan produksi 1,22 triliun kilogram telur per tahun. Semakin meningkat permintaan untuk suplai telur, berarti akan semakin bertambah pula jumlah ayam petelur yang dimanfaatkan sebagai penghasil telur untuk memenuhi kebutuhan pasar global, dan mereka terancam perlakuan eksploitatif di peternakan-peternakan skala besar yang menerapkan sistem intensif dengan penggunaan kandang baterai.

Secara global, manusia menternakkan 77 miliar hewan darat untuk dimanfaatkan telur, daging dan susunya (tidak termasuk ikan dan hewan air lain)—seringkali dalam kondisi yang sangat tidak manusiawi dan tidak memperhatikan kesejahteraan mereka, dan 67 miliar di antaranya adalah ayam. Indonesia adalah rumah bagi lebih dari 260 juta ayam ras petelur dan semuanya terkerangkeng di kandang baterai yang kejam.

Kesejahteraan satwa di Indonesia diatur dalam UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2014 Pasal 1 ayat 42 yaitu Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental Hewan menurut ukuran perilaku alami Hewan yang perlu diterapkandan ditegakkan untuk melindungi Hewan dari perlakuan Setiap Orang yang tidak layak terhadap Hewan yang dimanfaatkan manusia. Namun menurut saya sistem kandang baterai sangat bertentangan dengan undang-undang tersebut, dimana ayam-ayam kandang baterai ini diperlakukan tidak layak selama hidupnya dan tidak mendapatkan pemenuhan kebutuhan dasar hewan seperti bebas dari ketidaknyamanan, bebas dari rasa nyeri, luka dan sakit, bebas mengekspresikan perilaku alaminya dan bebas dari rasa takut dan tertekan. 

Lebih lanjut, kesrawan merupakan isu publik yang menjadi perhatian dunia, dalam studi komprehensif terkait keamanan pangan yang pernah dilakukan European Food Safety Authority mengenai perbandingan kontaminasi salmonella di sistem kandang baterai vs bebas kandang, disimpulkan bahwa ontaminasi salmonellpada sistem kandang baterai lebih tinggi jika dibandingkan dengan bebas kandang. Hal ini juga tidak sesuai dengan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2014 Pasal 1 ayat 2 yang mengatur tentang kesehatan masyarakat yang berisi “Kesehatan Hewan adalah segala urusan yang berkaitan dengan perlindungan sumber daya Hewan, kesehatan masyarakat, dan lingkungan serta penjaminan keamanan Produk Hewan, Kesejahteraan Hewan, dan peningkatan akses pasar untuk mendukung kedaulatan, kemandirian, dan ketahanan pangan asal Hewan”

Beberapa negara sudah melarang praktik kejam ini, contohnya Belanda sejak 1 Januari 2012. Di tahun yang sama pemerintah Selandia Baru juga melarang penggunaan kandang baterai, beberapa negara bagian perserikatan Amerika telah melarang penggunaan kandang baterai sejak Maret 2020 dan beberapa negara Eropa lainnya.

Menurut saya, ini sudah saatnya pemerintah Indonesia dan semua masyarakat lebih peduli terhadap kesejahteraan satwa dan benar-benar mengimplementasikan UU yang telah disusun. Saya juga berharap kepada peternak di seluruh Indonesia beralih ke sistem penggunaan telur bebas kandang baterai.