Jumat, 06 Agustus 2021

Akuakultur, Bisnis Yang Tidak Peduli Dengan Keberlanjutan



Studi oleh Bank Dunia, Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), dan Institut Penelitian Kebijakan Pangan Internasional (IFPRI) memperkirakan bahwa pada tahun 2030, dua pertiga dari pasokan ikan pangan global akan berasal dari ikan yang dibudidayakan. https://sentientmedia.org/fish-farming/

Banyak orang dalam industri ikan komersial mengatakan bahwa budidaya ikan dilakukan untuk alasan keberlanjutan dan tidak terlalu merusak lautan, apakah itu benar?

Jawabannya tidak, karena diperlukan hingga lima pon ikan kecil yang liar dari laut untuk memberi makan ke ikan budidaya untuk menghasilkan hanya satu pon daging ikan salmon atau ikan tuna. Pengembangbiakan ikan sebenarnya akan mendorong lebih banyak penangkapan ikan, yang dapat merugikan populasi liar. Oleh karena budidaya ikan komersial yang rakus itu menyebabkan penurunan jumlah paus, lumba-lumba, anjing laut, singa laut, penguin, dan spesies lainnya karena mereka kehilangan sumber makanannya di laut.

Cara yang digunakan untuk menangkap ikan liar untuk dijadikan pakan ikan yang dibudidaya ini sangat mengerikan, yaitu dengan trawl atau jaring pukat. Trawl adalah jaring berbentuk kerucut yang memungkinkannya untuk ditarik di sepanjang dasar laut. Metode penangkapan ikan ini menghasilkan banyak bycatch dan akhirnya merusak dasar laut. Alat ini tidak selektif sehingga dapat merusak semua yang dilewatinya. Oleh karena itu kecenderungan alat tangkap ini dapat menjurus ke alat tangkap yang destruktif.

Pada akhirnya, perusahaan yang bertanggung jawab pada bisnis yang merusak ini hanya peduli dengan keuntungan mereka. Hal yang mereka lakukan hanya untuk membuat bisnis lebih efisien dan lebih menguntungkan.

Belum ada solusi terbaik untuk menghindari masalah ini dan masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengurangi masalah tersebut. Jika kamu peduli dengan lingkungan, hal paling efektif yang dapat kamu lakukan adalah beralih ke makanan yang berbasis #nabati sebagai gantinya.

Belida, Ikan Berpunggung Pisau Asli Indonesia Yang Populasinya Kian Terancam Akibat Penangkapan Yang Berlebihan




Populasi ikan di Indonesia telah menurun dengan sangat cepat dalam waktu singkat akibat overfishing. Overfishing adalah penangkapan ikan yang berlebihan dan dapat mengakibatkan penipisan sumber daya dan penurunan tingkat pertumbuhan biologis. Contoh kasus menurunnya populasi ikan adalah menurunnya populasi ikan belida.

Ikan yang terkenal sebagai bahan baku makanan tradisional pempek ini merupakan ikan asli Indonesia yang tersebar di perairan sungai rawa di wilayah Paparan Sunda, meliputi Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Selain aktivitas penangkapan yang tinggi, populasi Belida juga semakin menipis akibat perubahan alih fungsi rawa menjadi pemukiman dan aktivitas transportasi air yang dianggap mempengaruhi habitat ikan belida, seperti bus air di sungai Musi atau tongkang yang mengangkut batu bara.

Menteri Kelautan dan Perikanan sudah menetapkan 4 jenis Ikan Belida dalam daftar ikan yang dilindungi dengan status perlindungan penuh. Yaitu Belida jenis Chitala borneensis (belida borneo), Chitala hypselonotus (belida sumatra), Chitala lopis (belida lopis) dan Notopterus notopterus (belida jawa). Perlindungan penuh terhadap ikan belida tertuang dalam keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Jenis Ikan yang Dilindungi. https://pontianak.tribunnews.com/2021/03/07/4-jenis-ikan-belida-yang-tak-boleh-lagi-dikonsumsi-dan-dijual

Dikutip dari Mongabay, salah satu upaya konservasi dilakukan dengan menambah jumlah populasi melalui translokasi, tetapi hal ini membutuhkan waktu yang lama dan hal paling efektif yang dapat kamu lakukan adalah beralih ke makanan yang berbasis nabati sebagai gantinya.