Selasa, 16 Juni 2020

Dapatkah Kita Percaya Zona Hijau Versi Pemerintah?

Berawal dari hasil keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarin yang menyatakan akan membuka lagi proses belajar mengajar secara tatap langsung di sekolah hanya di daerah zona hijau lalu saya melakukan investigasi tentang kredibilitas zona hijau di Indonesia, apakah data zona hijau dapat kita percaya?


Zona hijau adalah negara atau wilayah tanpa kasus yang dikonfirmasi, atau tanpa Ada pelancong yang terinfeksi yang datang dari negara/wilayah lain. Dari pengertian tadi bebas tidaknya suatu wilayah dari kasus harus dibuktikan dengan tes rapid atau tes swab karena data tes ini sebagai bukti apakah memang suatu wilayah bebas dari covid atau seberapa besar dampak penyebaran. Apalagi banyak kasus OTG, kan kita tidak bisa berpersepsi di suatu wilayah dikatakan zona hijau alias tanpa kasus tanpa pembuktian data dari tes.
Contoh kasus di tempat saya provinsi Sumatera Utara, per 15 Juni 2020 ada 932 positif dari total 39.294 di Indonesia.  Saya meminta konfirmasi dari sumutcovid19.id berapa total tes yang sudah dilakukan selama tiga bulan terakhir, mereka mengakatan bahwa itu informasi rahasia dan harus menyurati gugus tugas covid dahulu bahkan mereka menanyakan untuk kepentingan apa dan dari instansi mana saya, lah memangnya selama ini tidak ada transparansi?, saya masyarakat biasa tidak berhak tau?. Akhirnya petugas panggilan mengatakan ada sekitar 500 tes per hari padahal ada 14 jutaan penduduk di provinsi Sumut. Berikut adalah grafik pertumbuhan kasus di SUMUT, sumber data sumutcovid19.id.

dari grafik bisa terlihat jelas bahwa kasus positif terus meningkat sementara antar lintas Sumatera bebas hambatan tanpa ada pemeriksaan maupun protokol kesehatan, lalu bagaimana kita yakin beberapa kota di Sumut dinyatakan zona hijau?.
Dalam skala negara, per 16 Juni 2020 Indonesia hanya memeriksa 540,115 spesimen virus covid padahal ada 270an juta penduduk Indonesia.




Tes yang dilakukan di Indonesia sangat jauh dari harapan bahkan dari sumber ourworldindata.org negara kita di bawah negara India dan Mexico.



Dari situs CNN.com mengatakan dari bulan April US melakukan tes 150.000 per hari sementara German degan populasi yang lebih sedikit melakukan tes 120.000 orang per hari. 


Kesimpulannya dengan adanya data-data di atas tanpa ada pembuktian tes saya meragukan kevalidan zona hijau yang diberitahukan pemerintah, 17 Juni 2020 gugus tugas covid menyatakan 7 provinsi dinyatakan bebas covid, sama halnya saya tidak percaya jika provinsi itu tidak dibuktikan dengan hasil tes. 


Masalah lainnya masyarakat sering disalahkan tidak jujur kepada petugas medis yang menyebabkan petugas terinfeksi, menurut saya ini karena minimnya tes dan harganya juga kurang terjangkau oleh kebanyakan orang. Sekali tes Swab kira-kira Rp.2.000.000 dan Rapid sekitar Rp. 300.000. Gimana mau jujur, mereka aja tidak tau terinfeksi apa tidak.


Jadi menurut saya PR pemerintah harus lebih meningkatkan tes di seluruh Indonesia agar kita tau sejauh dan sebanyak apa virus ini sudah menyebar, bukannya malah mengganggap covid sudah menghilang atau bahkan kasus covid di Indonesia lebih tinggi dari Amerika Serikat, bisa jadi kalau seandainya kita tes sebanyak yang mereka  lakukan. New Normal boleh saja asal datanya dapat dipercaya. Masyarakat juga jangan lengah dengan dihapusnya PSBB atau dibukanya fasilitas-fasilitas umum lainnya, kita belum terbebas dari Covid.

Selasa, 09 Juni 2020

Panji yang gak Petualang-petualang amat




Panji Petualang, sebuah acara telivisi  bertajuk dunia satwa liar ini menjadi tontonan populer yang dimulai di tahun 2007 silam. Sang pembawa acara, Muhammad Panji membuat masyarakat Indonesia kagum karena keberaniannya berhadapan dengan hewan buas.

Sebelumnya saya mau apresiasi Panji karena dia mengerti banyak tentang hewan dan berani, Steve Irwinnya Indonesialah pokoknya. Namun ada beberapa konten acara yang kurang pas menurut saya. Salah satunya yaitu ketika dia mengunjungi temannya yg memelihara harimau, biarpun harimau yg dipelihara bukan harimau Sumatra yang terancam punah namun tetap saja itu hewan liar yang tidak patut untuk diperjual belikan, apalagi hanya untuk sekedar hobi atau mencari keuntungan. Yang saya khawatirkan adalah acara ini akan memunculkan keinginan orang orang untuk memelihara satwa liar, alasannya karena satwa ini "dari penangkaran". 

Ada lagi episode katika dia mengunjungi Irfan Hakim yang pelihara monyet. Ya ampun saya pikir itu bukan untuk tujuan rehabilitasi sama sekali, cuma untuk hobby saja karena monyetnya dipakaikan baju. Saya pikir hal ini bisa menimbulkan keinginan publik untuk pelihara monyet padahal mereka hewan liar dan berbahaya jika menjadi hewan peliharaan. Di pasar hewan biasanya monyet djual dari satwa yg diambil secara ilegal dari hutan, dan diambil paksa dari induknya. Dikutip dari Mongabay, menyebutkan bahwa perdagangan ilegal satwa liar mencapai angka yang fantastis, mencapai Rp13 Triliun 

Praktik penangkaran harimau yg dikembangbiakkan dengan tujuan untuk memperdagangkan produknya, baik kulit, tulang, gigi atau tengkorak juga sama buruknya. Perkiraan saat ini jumlah harimau di peternakan pembibitan sekitar 7.000 dan 8.000, terutama di Cina, Vietnam, Thailand dan Laos, menurut Badan Investigasi Lingkungan. Pada 2016, otoritas Thailand menggerebek Kuil Harimau yang terkenal di provinsi Kanchanaburi yang dicurigai membiakkan dan memperdagangkan harimau secara ilegal. Lebih dari 130 harimau hidup, lebih dari 40 anak harimau mati, kulit harimau dan 1.500 jimat kulit harimau adalah beberapa dari produk satwa liar yang disita. Daya tarik wisata yang terkenal itu kemudian ditutup meskipun pengumuman telah dibuat untuk membuka fasilitas serupa di dekatnya.

Peternakan harimau menimbulkan ancaman langsung terhadap upaya meningkatkan populasi liar, melanggengkan permintaan konsumen akan produk harimau (khususnya untuk produk "bersumber liar") di pasar-pasar utama di Asia, serta merusak upaya penegakan dan pemantauan yang bertujuan menganalisis dan mencegah perdagangan harimau. 

Kupikir media televisi harus hati-hati buat dalam menyajikan konten, apalagi menyangkut figur publik yang gampang diikuti banyak orang tanpa edukasi yang tepat, pemahaman atau maksud yang lebih baik hal ini bisa menimbulkan makin tingginya perdangangan satwa liar, yang sudah pasti merusak ekosistem dan kita. Dampak buruk lainnya seperti yang kita ketahui ada banyak virus zoonotic atau virus yang disebarkan oleh satwa liar kemanusia, salah satunya covid 19

Kesimpulannya, kita harus bisa lebih bijak dalam membangun relasi dengan lingkungan dan satwa liar, juga jangan gampang tergiur untuk ingin memiliki itu tanpa mempertimbangkan baik buruknya karena satwa liar bukan properti yang bisa bebas kita miliki, mereka juga mahkluk hidup, punya tempat dan fungsinya masing-masing di alam.